Berdampak besar dalam waktu singkat

Keberhasilan Karunia

Pada tahun 2001, kami memulai pelatihan guru di Pegunungan Tengah Papua. Pada tahun 2004, dibeli lahan kosong di luar kota Wamena dan dibangun sebuah kampus. Mahasiswa dan dosen tinggal bersama membentuk komunitas yang akrab dengan motivasi yang kuat untuk memperbaiki pendidikan di Papua. Sangat berhasil! Banyak orang gagah dan kuat yang memainkan peranan penting karena metode kami adalah memerangi kemiskinan dari dalam.

Sejarah kami

1. Kampus

Kampus STKIP Kristen Wamena berjarak 6 km dari kota Wamena, berlokasi di Lembah Baliem, Pegunungan Tengah Papua dengan lokasi yang indah dan strategis bersebelahan dengan jalan utama, terpisah dari hiruk-pikuk kota namun sangat mudah dijangkau. Lahan seluas 12 hektar sengaja dibeli untuk pengembangan kampus di masa depan.

Selama bertahun-tahun, kampus sudah bertumbuh menjadi kampung kecil yang berpenduduk lebih dari 100 jiwa. Anda akan menemukan asrama mahasiswa, asrama mahasiswi, perumahan dosen dan staf, ruang perkuliahan dan bangunan utama sebagai rektorat dan ruang pertemuan. Beberapa bagian lahan digunakan sebagai perkebunan sayuran atau lapangan olahraga.

2. Pembentukan Karakter

Di Papua, anak-anak pada dasarnya tumbuh dan besar di honai (rumah tradisional Papua). Pada umumnya, mereka mendapat pengetahuan yang sangat di sekolah. Mereka memiliki banyak kebebasan dengan sedikit pengawasan dari keluarga yang kadang mengubah mereka menjadi anak muda yang kehilangan arah dan tujuan. Mereka tidak terbiasa untuk belajar keras dan dengan mudah keluar ketika disiplin diterapkan

Kampus keguruan STKIP Kristen Wamena membimbing mahasiswa menjadi guru-guru yang termotivasi, menciptakan suasanya kekeluargaan yang akrab dan juga dukungan untuk menopang mereka. Pendidikan yang diberikan berdasarkan nilai Alkitab dan fokus terhadap pembelajaran dan hidup. Mahasiswa belajar memahami bahwa pendidikan yang baik itu penting untuk pembangunan daerahnya masing-masing.

3. Komunitas

Suasana di Pegunungan Tengah Papua terkadang dapat berubah menjadi tegang. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini seperti keadaan terbelakang, harga diri yang rendah, perang suku, kebodohan, keluarga yang berantakan, alkohol dan korupsi. Anak muda sudah belajar untuk bertahan hidup dalam situasi seperti ini.

Namun dalam lingkungan kampus, budaya yang sangat berbeda yang berlaku. Komunitas yang ada menanamkan nilai “anugrah dan pertumbuhan”, yang didasarkan pada nilai dan standar Alkitab. Fokusnya adalah kesetiaan, integritas, rela berkorban, jujur dan kemurahan hati. Ini adalah cara hidup dimana kita bertanggung jawab karena kita harus saling bertanggungjawab dengan orang lain. Suasana ini dapat dengan jelas dirasakan oleh setiap warga kampus.

4. Pendidikan yang baik

Pendidikan di Papua biasanya dicirikan oleh 3D (duduk, dengar, diam). Jika seorang anak semata-mata hanya mengikuti ajaran guru, maka pelajaran dianggap berhasil. Pendekatan ini tidak menumbuhkan kemampuan dan kreatifitas anak. Hasilnya adalah anak berpikir bahwa mereka bodoh dan hanya mampu meraih hal-hal yang kecil saja.

YKW fokus pada interaksi pendidikan dengan mahasiswa sebagai intinya. Mahasiswa sudah diperkenalkan dengan metode ini bahkan mulai dari tahun pertama. Dengan latihan yang terus-menerus, praktek pengalaman lapangan, observasi, pembimbingan dan umpan balik, konsep ini pada akhirnya terukir dalam hati mahasiswa. Mereka mulai melihat anak sebagai aset yang berharga dan memiliki kerelaan untuk membantu anak tersebut mencapai potensinya. Hal ini terlihat jelas ketika mahasiswa praktek mengajar di sekolah.

Mimpi Karunia

Mengubah budaya pendidikan di wilayah tersebut

Perguruan Tinggi dengan dampak yang mengubah hidup

Menanamkan nilai ke-Kristenan pada anak muda

Mengenalkan konsep Mengajar Pengajar di negara lain

0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop